Museum Sejarah Jakarta – The History Museum Jakarta (Indonesia: Museum Sejarah Jakarta), juga dikenal sebagai Museum Fatahillah atau Museum Batavia, terletak di kota tua (dikenal sebagai Kota Tua) dari Jakarta, Indonesia. Bangunan tersebut dibangun pada tahun 1710 dengan nama Stadhuis (balai kota) Batavia. Museum Sejarah Jakarta dibuka pada tahun 1974 dan memamerkan benda-benda dari periode prasejarah wilayah kota, berdirinya Jayakarta pada tahun 1527, dan masa penjajahan Belanda dari abad ke-16 hingga kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.

Museum Sejarah Jakarta

Museum ini terletak di sisi selatan Alun-alun Fatahillah (bekas alun-alun kota Batavia) dekat Museum Wayang dan Museum Seni Rupa dan Keramik. Bangunan itu diyakini meniru model Istana Dam. idnplay

Sejarah

VOC

Bangunan tempat berdirinya museum ini dulunya adalah Balai Kota Batavia, Stadhuis. Stadhuis pertama diselesaikan pada tahun 1627 di lokasi gedung yang sekarang. Pembangunan gedung ini dilanjutkan pada tahun 1649. Pada tahun 1707, gedung ini direnovasi secara keseluruhan, yang menghasilkan bangunan yang sekarang. Beberapa ciri bangunan sekarang berasal dari tahun ini, termasuk serambi. Renovasi selesai pada tahun 1710 dan gedung tersebut diresmikan oleh Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck sebagai markas administrasi Perusahaan Hindia Timur Belanda. https://www.premium303.pro/

Pemerintah Kolonial Belanda

Menyusul kebangkrutan Perusahaan Hindia Timur Belanda, gedung ini diambil alih oleh pemerintah kolonial Belanda dan digunakan sebagai balai kota pemerintah kolonial. Karena kota terus berkembang ke arah selatan, fungsi bangunan sebagai balai kota (gemeentehuis Belanda) berakhir pada tahun 1913.

Pasca Kemerdekaan

Setelah proklamasi Indonesia pada tahun 1945, gedung tersebut digunakan sebagai kantor Gubernur Jawa Barat hingga tahun 1961, ketika Jakarta dinyatakan sebagai otonomi merdeka. Selanjutnya gedung tersebut digunakan sebagai markas KODIM 0503 Jakarta Barat.

Pada tahun 1970, Lapangan Fatahillah ditetapkan sebagai Warisan Budaya. Upaya ini merupakan awal dari pengembangan kawasan sejarah Kota Jakarta yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Museum Sejarah Jakarta ditetapkan sebagai museum pada tanggal 30 Maret 1974 sebagai pusat koleksi, konservasi dan penelitian segala jenis benda cagar budaya yang berkaitan dengan sejarah Kota Jakarta.

Arsitektur

Bangunan ini terletak di depan sebuah lapangan umum, yang dulu dikenal dengan Stadhuisplein, yaitu Alun-alun Balai Kota. Alun-alun tersebut sekarang dikenal sebagai Alun-Alun Fatahillah (Bahasa Indonesia: Taman Fatahillah). Di tengah alun-alun terdapat air mancur yang digunakan sebagai sumber air pada masa kolonial. Di alun-alun juga terdapat meriam Portugis (dikenal dengan sebutan Meriam Si Jagur) dengan ornamen tangan berbentuk fico gesture, yang diyakini oleh masyarakat setempat dapat menyebabkan kesuburan pada wanita. Alun-alun tersebut juga digunakan sebagai tempat eksekusi.

Skala bangunan yang besar dengan balok kayu besar dan pita lantai. Bangunan itu berisi 37 kamar berornamen. Ada juga beberapa sel yang terletak di bawah serambi depan yang digunakan sebagai ruang bawah tanah, yang berfungsi hingga tahun 1846. Seorang pejuang kemerdekaan Jawa Pangeran Diponegoro, yang ditangkap secara licik, dipenjarakan di sini pada tahun 1830 sebelum dibuang ke Manado, Sulawesi Utara. Bangunan itu dimodelkan setelah Paleis op de Dam di Amsterdam. Kemiripannya termasuk kubah kubah yang menaungi struktur dan proporsi khas balai kota Belanda abad ke-17.

Koleksi

Museum Sejarah Jakarta memiliki koleksi sekitar 23.500 benda, beberapa di antaranya merupakan peninggalan dari Museum de Oude Bataviasche (kini Museum Wayang ). Koleksinya meliputi benda-benda dari Perusahaan Hindia Belanda, peta bersejarah, lukisan, keramik, furnitur, dan benda purbakala dari zaman prasejarah seperti prasasti kuno dan pedang. Museum Sejarah Jakarta juga menyimpan koleksi furnitur bergaya Betawi terkaya dari abad ke-17 hingga abad ke-19. Koleksinya terbagi menjadi beberapa ruangan seperti Ruang Prasejarah Jakarta, Ruang Tarumanegara, Kamar Jayakarta, Ruang Fatahillah, Ruang Sultan Agung, danRuang MH Thamrin.

Museum ini juga berisi replika Prasasti Tugu (asli yang ada di Museum Nasional) dari zaman Raja Agung Purnawarman, yang menjadi bukti bahwa pusat Kerajaan Tarumanegara terletak di sekitar pelabuhan Tanjung Priok di pesisir pantai. Jakarta. Ada pula replika peta Monumen Padrao Portugis abad ke-16, bukti sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa kuno.

Museum Sejarah Jakarta

Konservasi

Museum itu ditutup sementara pada Juli 2011 untuk konservasi. Kegiatan konservasi yang dilakukan dengan bantuan dari pemerintah Belanda dilakukan mulai tahun 2012 dan renovasi selesai pada Februari 2015. “Ruang Konservasi” baru ditambahkan pada saat renovasi, yang menunjukkan visi dan misi JOTR (Kota Tua Jakarta). Terlahir kembali untuk masa depan Batavia Lama.