Museum Kereta Api Ambarawa – The Ambarawa Railway Museum, (Indonesia: Museum Kereta Api Ambarawa, resmi bernama Indonesian Railway Museum oleh Perusahaan Kereta Api Indonesia) adalah museum yang terletak di Ambarawa di Jawa Tengah, Indonesia. Museum ini berfokus pada koleksi lokomotif uap, sisa-sisa penutupan jalur kereta api 3 ft 6 in (1.067 mm).

Museum Kereta Api Ambarawa

Bangunan Museum dan Lokasi

Ambarawa adalah kota militer pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda. Raja Willem I memerintahkan pembangunan stasiun kereta api baru agar pemerintah bisa mengangkut pasukannya ke Semarang. Pada 21 Mei 1873, stasiun kereta api Ambarawa dibangun di atas tanah seluas 127.500 m². Ini dikenal saat itu sebagai Stasiun Willem I. Jalan ini selesai bersamaan dengan jalur Kedungjati-Bringin-Tuntang-Ambarawa. idnpoker

Bangunan stasiun terdiri dari dua bangunan utama untuk ruang tunggu dan ruang induk stasiun. Stasiun kereta api Willem I awalnya merupakan titik transhipment antara 4 ft 8 Cabang pengukur 1 ⁄ 2 in (1.435 mm) dari Kedungjati ke timur laut dan garis pengukur 3 ft 6 in (1.067 mm) ke depan menuju Yogyakarta melalui Magelang ke selatan. Masih mungkin untuk melihat bahwa kedua sisi stasiun dibangun untuk menampung kereta dengan ukuran yang berbeda. hari88

Pada 8 April 1976, Stasiun Kereta Api Ambarawa secara resmi diubah menjadi Museum Kereta Api Ambarawa oleh Gubernur Provinsi Jawa Tengah saat itu Supardjo Rustam. Museum ini menyimpan lokomotif uap, yang kemudian akan habis masa pakainya ketika rel kereta api ukuran 3 ft 6 in (1.067 mm) milik Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) ditutup. Ini diparkir di udara terbuka di sebelah stasiun asli. Pada tahun 2010, bangunan Museum Kereta Api Ambarawa dijadikan sebagai bangunan heritage.

Jalur Kereta

Garis pengukur 3 ft 6 in (1.067 mm) menuju Yogyakarta (berjalan kira-kira barat daya dari Ambarawa) menjadi perhatian khusus karena berisi bagian rel kereta api antara Jambu dan Secang, satu-satunya operasi semacam itu di Jawa. Jalur di luar Bedono ini ditutup pada awal 1970-an setelah rusak akibat gempa bumi, tetapi telah kehilangan sebagian besar lalu lintas penumpangnya ke bus di jalan paralel. Jalur dari Kedungjati (awalnya berjalan ke timur dari Ambarawa) bertahan hingga pertengahan tahun 1970-an tetapi melihat sangat sedikit lalu lintas menjelang akhir, paling tidak karena jauh lebih cepat untuk melakukan perjalanan lebih langsung melalui jalan darat ke Semarang. Adanya jalur rak berarti bahwa mungkin tidak pernah ada banyak lalu lintas dari Semarang ke Yogyakarta.

Layanan

Saat ini terdapat KA heritage yang beroperasi antara Ambarawa Bedono yang dioperasikan dengan lokomotif uap. Selain itu, juga terdapat jalur kereta wisata antara Ambarawa Tuntang.

Koleksi

Museum mengumpulkan 21 lokomotif uap. Saat ini empat lokomotif sedang beroperasi. Koleksi lain dari museum ini termasuk telepon tua, peralatan telegraf Morse, peralatan lonceng dan sinyal tua, dan beberapa perabotan antik. B2502, salah satu dari tiga lokomotif yang masih aktif. Beberapa lokomotif uap adalah 2 B25 kelas 0-4-2RT B2502 dan B2503 yang berasal dari armada asli 5 yang dipasok ke jalur sekitar 100 tahun yang lalu (lokomotif ketiga, B 2501, disimpan di sebuah taman di kota dekat).

Museum Kereta Api Ambarawa

Kelas E10 0-10-0RT E1060 yang semula dikirim ke Sumatera Barat pada tahun 1960-an untuk pengerjaan KA batubara, namun dibawa ke Jawa, kemudian dikembalikan lagi ke Sawahlunto, dan lokomotif konvensional 2-6-0T C1218 yang dipugar menjadi pesanan kerja pada tahun 2006, tetapi dipindahkan ke Solo untuk bekerja sebagai kereta wisata, bernama Sepur Kluthuk Jaladara.

Museum ini juga memiliki shunter diesel kecil D300 kelas 0-8-0D D300 23, yang sebelumnya berbasis di Cepu, derek UH-295 tua dari Semarang, dan B51 kelas 4-4-0 B5112 yang baru direstorasi khusus untuk jalur Ambarawa-Tuntang. Koleksi lokomotif lainnya adalah tipe C1240, C1603, C2821, dan CC5029.